AP PHOTO/Dita Alangkara
Evie alias Turdi, mengatakan pernah mengasuh Barack "Barry" Obama saat masih tinggal di Indonesia.
Puluhan tahun lalu, Evie mengasuh "Barry" Obama, bocah yang kini menjadi orang paling berpengaruh di dunia, Barack Obama. Kini Evie yang seorang waria hidup dalam ketakutan di jalanan.
Evie dilahirkan sebagai seorang lelaki, namun pengasuh (nanny) Obama itu yakin benar bahwa dia seroang perempuan. Dalam wawancara dengan
Associated Press (AP), Evie mengaku statusnya sebagai seorang waria membuatnya menderita. Dia menceritakan bagaimana beberapa tentara menggundulinya lalu menyundut tangan dan lengannya dengan rokok.
Titik balik kehidupan terjadi 20 tahun lalu, ketika dia menemukan seorang temannya, juga seorang waria, mengambang di saluran pembuangan air. Saat itu juga dia meraup baju-baju perempuannya dan memasukkannya ke dalam dua kotak besar, juga lipstik, bedak, dan alat rias matanya. Semua itu diberikannya pada orang lain.
"Batin saya tahu bahwa saya seorang perempuan, tetapi saya tidak mau mati seperti itu," kata Evie dengan bibir gemetar. "Jadi sejak itu saya memutuskan untuk menerima (kondisi) ini. Saya hidup sebagai lelaki sejak itu."
Evie kemudian mengeluarkan kartu tanda pengenal (KTP). Di situ tertulis namanya Turdi dengan jenis kelamin pria. Dia mengaku memilih nama Evie karena terdengar manis.
Sejumlah tetangga di rumah lama masa kecil Obama di Menteng, Jakarta, membenarkan bahwa Turdi pernah bekerja sebagai pengasuh pada pasangan Lolo Soetoro (ayah tiri Obama) dan Ann Dunham (ibu Obama) selama dua tahun.
Menurut AP, pihak Gedung Putih tidak memberi komentar saat ditanya tentang Turdi.Evie mengaku sering dipukuli ayahnya karena gayanya yang kemayu. "Dia ingin saya menjadi lelaki, meskipun jiwa saya tidak," ujar lelaki 66 tahun itu.
Karena tidak tahan menjadi bahan ejekan di sekolah, Evie berhenti bersekolah di kelas 3 SD dan mulai belajar memasak. Ternyata kemampuan memasaknya cukup bagus dan rasa masakannya dinilai enak.
Berkat bakat memasaknya itulah, dia berhasil menjadi tukang masak di rumah-rumah kalangan atas saat usianya menginjak remaja. Dan pada sebuah pesta pada 1969, dia bertemu dengan Ann Dunham, ibunda Obama, yang mengikuti suaminya Lolo Soetoro tinggal di Jakarta.
Rupanya Dunham sangat terkesan pada masakan Evie, terutama bistik dan nasi goreng. Karena itu dia menawarkan pekerjaan di rumahnya. Selain memasak, tugasnya yang lain adalah mengasuh Barry yang saat itu berumur delapan tahun. Evie juga mengantar jemput bocah itu ke sekolah, selain bermain dengannya.
Tetangga-tetangga ingat mereka sering melihat Evie meninggalkan rumah pada malam hari dengan mengenakan baju perempuan dan mengenakan riasan wajah. Evie sendiri tidak yakin apakah Obama kecil tahu soal itu.
"Dia masih sangat kecil. Saya tidak pernah menunjukkan padanya kalau saya berbaju perempuan. Tapi dia pernah melihat saya memakai lipstik ibunya. Itu membuatnya terpingkal-pingkal," kata Evie.
Kehidupan Evie berubah total ketika keluarga Obama meninggalkan Indonesia pada awal 1970-an. Dia tinggal dengan pacar lelakinya, namun hubungan mereka hanya bertahan tiga tahun. Setelah itu dia menjadi pekerja seks.
"Saya mencoba melamar menjadi pembantu rumah tangga, tapi tidak ada yang mau mempekerjakan saya. Saya butuh uang untuk makan dan tempat untuk tinggal," katanya.
Hidup Evie menjadi tidak tenang karena khawatir kena razia petugas. Katanya, kalau tidak bisa lolos dari kejaran petugas, kaum waria dan pekerja seks jalanan biasanya dihajar.
Ketika menghindari kejaran petugas itulah, temannya yang bernama Susi menceburkan diri ke saluran air yang penuh sampah. Evie mengaku tidak bisa melupakan mayat Susie saat ditemukan.
Kini Evie mencari ketenangan dengan mendalami agama. Dia rajin ke masjid dan tidak pernah melewatkan shalat. Katanya, dia hanya menunggu saat kematian. "Saya tidak punya masa depan lagi," katanya.
Evie mengaku tidak tahu bahwa bocah lelaki yang dulu diasuhnya memenangi pemilu Amerika Serikat pada 2008. Sampai suatu kali dia melihat foto keluarga Obama muncul di koran-koran dan televisi. "Saya tidak percaya," katanya dengan senyum mengembang.
Teman-temannya tidak percaya ketika dia bilang pernah mengenal Obama dan menyebutnya gila. Namun para tetangga keluarga Soetoro di Menteng ingat betul dengan sosok pengasuh itu.
"Banyak tetangga yang ingat Turdi. Dia cukup populer di sini waktu itu. Dia orang yang baik dan selalu sabar dan telaten saat mengasuh Barry," kata Rudy Yara, yang tinggal di seberang rumah keluarga Obama.
Evie berharap Obama mau menggunakan kekuasaannya untuk memperjuangkan orang-orang seperti dirinya. Obama menunjuk Amanda Simpson, yang secara terbuka mengakui dirinya transgender, sebagai penasihat senior di Departemen Perdagangan AS pada 2010.
Bagi Evie sendiri, yang berusaha bertahan hidup dari hari ke hari di jalanan di Jakarta, kemenangan Obama memberinya kebanggaan, untuk kali pertama dalam hidupnya.
"Orang boleh menyebut saya sampah masyarakat. Saya hanya akan bilang: Saya pernah menjadi pengasuh Presiden Amerika Serikat," ujarnya dengan nada bangga.
"Batin saya tahu bahwa saya seorang perempuan, tetapi saya tidak mau mati seperti itu," kata Evie dengan bibir gemetar. "Jadi sejak itu saya memutuskan untuk menerima (kondisi) ini. Saya hidup sebagai lelaki sejak itu."
Evie kemudian mengeluarkan kartu tanda pengenal (KTP). Di situ tertulis namanya Turdi dengan jenis kelamin pria. Dia mengaku memilih nama Evie karena terdengar manis.
Sejumlah tetangga di rumah lama masa kecil Obama di Menteng, Jakarta, membenarkan bahwa Turdi pernah bekerja sebagai pengasuh pada pasangan Lolo Soetoro (ayah tiri Obama) dan Ann Dunham (ibu Obama) selama dua tahun.
Menurut AP, pihak Gedung Putih tidak memberi komentar saat ditanya tentang Turdi.Evie mengaku sering dipukuli ayahnya karena gayanya yang kemayu. "Dia ingin saya menjadi lelaki, meskipun jiwa saya tidak," ujar lelaki 66 tahun itu.
Karena tidak tahan menjadi bahan ejekan di sekolah, Evie berhenti bersekolah di kelas 3 SD dan mulai belajar memasak. Ternyata kemampuan memasaknya cukup bagus dan rasa masakannya dinilai enak.
Berkat bakat memasaknya itulah, dia berhasil menjadi tukang masak di rumah-rumah kalangan atas saat usianya menginjak remaja. Dan pada sebuah pesta pada 1969, dia bertemu dengan Ann Dunham, ibunda Obama, yang mengikuti suaminya Lolo Soetoro tinggal di Jakarta.
Rupanya Dunham sangat terkesan pada masakan Evie, terutama bistik dan nasi goreng. Karena itu dia menawarkan pekerjaan di rumahnya. Selain memasak, tugasnya yang lain adalah mengasuh Barry yang saat itu berumur delapan tahun. Evie juga mengantar jemput bocah itu ke sekolah, selain bermain dengannya.
Tetangga-tetangga ingat mereka sering melihat Evie meninggalkan rumah pada malam hari dengan mengenakan baju perempuan dan mengenakan riasan wajah. Evie sendiri tidak yakin apakah Obama kecil tahu soal itu.
"Dia masih sangat kecil. Saya tidak pernah menunjukkan padanya kalau saya berbaju perempuan. Tapi dia pernah melihat saya memakai lipstik ibunya. Itu membuatnya terpingkal-pingkal," kata Evie.
Kehidupan Evie berubah total ketika keluarga Obama meninggalkan Indonesia pada awal 1970-an. Dia tinggal dengan pacar lelakinya, namun hubungan mereka hanya bertahan tiga tahun. Setelah itu dia menjadi pekerja seks.
"Saya mencoba melamar menjadi pembantu rumah tangga, tapi tidak ada yang mau mempekerjakan saya. Saya butuh uang untuk makan dan tempat untuk tinggal," katanya.
Hidup Evie menjadi tidak tenang karena khawatir kena razia petugas. Katanya, kalau tidak bisa lolos dari kejaran petugas, kaum waria dan pekerja seks jalanan biasanya dihajar.
Ketika menghindari kejaran petugas itulah, temannya yang bernama Susi menceburkan diri ke saluran air yang penuh sampah. Evie mengaku tidak bisa melupakan mayat Susie saat ditemukan.
Kini Evie mencari ketenangan dengan mendalami agama. Dia rajin ke masjid dan tidak pernah melewatkan shalat. Katanya, dia hanya menunggu saat kematian. "Saya tidak punya masa depan lagi," katanya.
Evie mengaku tidak tahu bahwa bocah lelaki yang dulu diasuhnya memenangi pemilu Amerika Serikat pada 2008. Sampai suatu kali dia melihat foto keluarga Obama muncul di koran-koran dan televisi. "Saya tidak percaya," katanya dengan senyum mengembang.
Teman-temannya tidak percaya ketika dia bilang pernah mengenal Obama dan menyebutnya gila. Namun para tetangga keluarga Soetoro di Menteng ingat betul dengan sosok pengasuh itu.
"Banyak tetangga yang ingat Turdi. Dia cukup populer di sini waktu itu. Dia orang yang baik dan selalu sabar dan telaten saat mengasuh Barry," kata Rudy Yara, yang tinggal di seberang rumah keluarga Obama.
Evie berharap Obama mau menggunakan kekuasaannya untuk memperjuangkan orang-orang seperti dirinya. Obama menunjuk Amanda Simpson, yang secara terbuka mengakui dirinya transgender, sebagai penasihat senior di Departemen Perdagangan AS pada 2010.
Bagi Evie sendiri, yang berusaha bertahan hidup dari hari ke hari di jalanan di Jakarta, kemenangan Obama memberinya kebanggaan, untuk kali pertama dalam hidupnya.
"Orang boleh menyebut saya sampah masyarakat. Saya hanya akan bilang: Saya pernah menjadi pengasuh Presiden Amerika Serikat," ujarnya dengan nada bangga.
0 comments:
Posting Komentar