Wisata Alam
- Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban di Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan.
 - Air Terjun Guruh Gemurai Desa Kasang Kuantan Mudik.
 - Wisata Alam Bukit Cokiak di Muara Lembu, Kec. Singingi
 - Panorama Bukit Cokiak.
 - Danau Kari Koto Kari.
 - Dam Teso di Benai.
 - Air Terjun Delapan Tingkat (Lembah Gemuruh) di Pulau Padang.
 
"Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban" Lubuk Ambacang  terletak di Kecamatan Hulu Kuantan 37 Km dari Teluk Kuantan. Ketika  berada di Lubuk Jambi ibukota Kecamatan Kuantan Mudik (22 Km dari Teluk  Kuantan) bus anda akan bergerak menuju arah Kiliran Jao dan selepas Kota  Lubuk Jambi bertemu dengan persimpangan satu simpang ke kiri arah Kiliranjao,  disitulah tadi letaknya Terjun Guruh. Jika dari simpang selepas Lubuk  Jambi, bus kita akan bergerak ke kanan terus sampai sejauh 11 Km akan  sampai ke Kota Lubuk Ambacang Ibukota Kecamatan Hulu Kuantan. Dengan  menaiki sampan bermesin (pompong) sejauh 4 Km anda akan melaluinya  dengan kenyamanan arus sungai kadangkala tenang dan sunyi kadangkala  ribut dengan gelombang arung jeramnya dilengkapi dengan pemandangan alam  dan bukit-bukit yang terjal dengan hutan lindungnya yang masih asli.  Dalam perjalanan kita dapat menyaksikan binatang kera, berbagai jenis  burung dan binatang lainnya seakan menyapa bagi pengunjungnya. Akhirnya  sampailah ke lokasi Air Terjun “Tujuh Tingkat Batang koban”. Tujuh  Tingkat maksudnya terdapat tujuh buah air terjun yang bertingkat,  akhirnya sampai ke dasar sungai dan terus mengalir ke Sungai Kuantan  yang mengairi sebagian besar daerah Kuantan Singingi.
Air Terjun Guruh Gemurai  terletak sekitar 25 Km dari Teluk Kuantan. Nama Guruh Gemurai diambil  dari bahasa daerah setempat, dimana Guruh berarti Gemuruh (bunyi air  terjun dimaksud), sedangkan Gemurai adalah percikan air yang berserakan.  Jadi air terjun Guruh Gemurai berarti air terjun yang bunyi percikannya  (curahannya) bergemuruh. Anda berada di Ibukota Kabupaten Kuantan  Singingi yakni Teluk Kuantan dengan bus menuju arah Kiliran Jao Sumbar  akan melalui Kota Lubuk Jambi, Ibukota Kecamatan Kuantan Mudik,  Kabupaten Kuantan Singingi, namun sebelumnya yakni 3 Km sebelum Lubuk  Jambi (19 Km) dari Teluk Kuantan, anda dapat menikmati keindahan Danau  “Kebun Nopi” tidak ada duanya di Kuantan Singingi. Anda berada di Lubuk Jambi Ibukota Kecamatan Kuantan Mudik masih Kabupaten Kuantan Singingi, 3 Km arah Kiliranjao Sumbar,  anda memulai perjalanan yang mendaki sesekali melalui jalan yang  berbelok-belok dengan panorama alam yang terkenal bagian dari Bukit  Barisan, sampailah anda ditengah-tengah pendakian yang berbukit-bukit  and lurah, disanalah terdapat air terjun Guruh Gemurai, tepatnya di desa  Kasang.
Air Panas Alam diseberang Sungai Pinang,  Kecamatan Kuantan Mudik, 33 Km dari Teluk Kuantan. Dari Teluk Kuantan  arah Kiliran Jao yakni 500 m sebelum sampai di Kota Lubuk Jambi, anda  akan menjumpai simpang jalan ke arah kanan dan terus melanjutkan  perjalanan 11 Km akan sampai ke satu tempat bersejarah yang konon sejak  nenek moyang sudah dikunjungi beramai-ramai oleh masyarakat dalam dan  luar Kuantan Singingi untuk berobat penyakit kulit, reumatik dan  lain-lain. Itulah ‘Air Panas Alam’ yang keluar dari perut bumi atas  Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Dari persimpangan jalan anda melalui  beberapa desa yakni Pulau Binjai, Pabaun, Siak dan sampailah ke lokasi  dimaksud.
Desa Wisata’ Kabupaten Kuantan Singingi, 3 Km dari Teluk Kuantan.  Dari Ibukota Kabupaten Kuantan Singingi dimaksud, dengan menggunakan bus  menuju ke timur yakni arah ke Rengat ibukota Kabupaten Indragiri Hulu  sejauh 3 Km sampailah di desa Koto Sentajo yang ditetapkan sebagai ‘Desa  Wisata’. Di desa ini dapat kita saksikan peninggalan sejarah atau adat  nenek moyang berupa rumah adat dengan bagunan asli dengan motif khusus.  Masyarakat di desa tersebut masih kental dengan adat kebiasaan yang  diterima dari nenek moyang leluhurnya. Walaupun kehidupan masyarakat  sudah jauh meninggalkan kebiasaan lama itu, namun ada hal-hal tertentu  yang tidak mau ditinggalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di belakang  desa wisata ini masih terdapat hutan yang asli, yang sampai sekarang  masih dilarang untuk merusaknya, dan ini telah ditetapkan sebagai hutan  lindung seluas 5000 Ha.
Danau Mesjid terletak 3 Km dari Teluk Kuantan. Dari Teluk Kuantan  dapat ditempuh dengan bus menuju ke barat ke arah jalan Lubuk Jambi  Kiliran Jao, dengan hitungan menit saja sampailah kita di simpang, belok  ke kiri jalan ke ‘Danau Mesjid’ sejauh 300m dari simpang jalan raya.  Disana anda dapat menikmati keindahan Danau Mesjid dengan sampan dayung  serta fasilitas lainnya.
Air Terjun Delapan tingkat yang terletak kurang lebih 5 Km dati desa  pulau padang yang mengarah ke jalan lintas pulau padang - pangkalan  indarung yang akan segera dibuat track hikingnya dan yang lebih  eksotiknya lagi 500 meter dari air terjun tersebut kita sudah dapat  merasakan hawa sejuk yang cukup menghilangkan kepenatan para wisatawan  lokal dari luar daerah yang melakukan perjalanan cukup lama dari tempat  asal.
Wisata Petualangan
- Tambang Emas di Logas.
 - Berakit/Arung Jeram di Sungai Singingi.
 - Berakit/Arung Jeram di Pangkalan Indarung.
 - Hutan Lindung Bukit Bungkuk dan Bukit Baling di Singingi.
 - Gua Bunian di Bukit Kanua.
 - Hiking dan Tracking di Bukit Batabuah.
 - Air terjun Tujuh Tingkat (Lembah Gemuruh) di Pulau Padang.
 
Wisata Peninggalan Budaya dan Sejarah
- Rumah Tradisional Tua Koto Rajo.
 - Kompleks Candi Sangan.
 
Pacu Jalur
Pacu Jalur merupakan festival tahunan terbesar untuk masyarakat  daerah kabupaten Kuantan Singingi khususnya pada ibukota kabupatennya  yaitu Taluk Kuantan yang berada di sepanjang sungai Kuantan. Pada  awalnya di maksudkan sebagai acara memperingati hari-hari besar umat  Islam seperti Maulid Nabi,  ataupun peringatan tahun baru Hijriah. Namun setelah kemerdekaan  indenesia, festival paju jalur ini ditujukan untuk merayakan HUT-RI  (Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Indonesia).
Pacu Jalur adalah perlombaan mendayung perahu panjang, semacam perlombaan Perahu Naga di negeri tetangga Malaysia dan Singapura,  yaitu sebuah perahu atau sampan yang terbuat dari kayu pohon yang  panjangnya bisa mencapai 25 hingga 40 meter. Di daerah Taluk Kuantan  sebutan untuk perahu panjang tersebut adalah Jalur. Adapun tim pendayung perahu (jalur) ini berkisar antara 50 - 60 orang.
Sebelum acara puncak "Pacu Jalur' ini dimulai, biasanya di adakan  acara-acara hiburan rakyat berupa tarian dan nyanyian untuk menghibur  seluruh peserta dan masyarakat sekitar, terutama yang berada di Taluk Kuantan.  Pada acara Festival Pacu Jalur tahun 2009 yang lalu, mulai di  perkenalkan oleh Pemerintah Daerah setempat istilah "Jalur" Expo 2009,  yaitu sebuah acara Pekan Raya berkaitan dengan Festival Pacu Jalur tersebut.
Tradisi pacu jalur yang diadakan sekali setahun pada peringatan  perayaan hari kemerdekaan Indonesia menjadikan kota Taluk Kuantan  sebagai tujuan wisata nasional. Perlombaan perahu panjang yang berisi  lebih kurang 60 orang di Sungai Kuantan  ini biasanya diikuti masyarakat setempat, kabupaten tetangga, bahkan  juga ikut pula peserta-peserta dari negara-negara tetangga seperti  Malaysia, Singapura dan Thailand.
Pacu Jalur yang diadakan tahun 2003 di tandai oleh momentum Peringatan satu abad Pacu Jalur.
Pacu Jalur yang diadakan tahun 2003 di tandai oleh momentum Peringatan satu abad Pacu Jalur.
Sekilas Liputan Pacu Jalur Di Taluk Kuantan
SIANG itu udara di sekitar Batang (Sungai) Kuantan terasa  panas ketika Raja Kinantan dari Desa Gunung Toar melaju dengan kecepatan  tinggi meninggalkan lawannya, Kibasan Nago Liar, asal Desa Lubuk  Terentang, Kecamatan Gunung Toar, Kuantan Singingi, Riau.
Irama kayuhan dayung sekitar 50 pemuda berseragam serba putih  mengantarkan Raja Kinantan sebagai pemenang, setelah mencapai garis  finis pada pancang penghalang keenam lebih dahulu dibandingkan rival  satu kecamatannya itu dalam kemeriahan pesta Seabad Tradisi Pacu Jalur  Kuantan Singingi.
Raja Kinantan dan sekitar 134 nama lainnya itu adalah nama-nama  kebanggaan warga dari berbagai desa di Kabupaten Kuantan Singingi untuk  menyebut perahu-perahu panjang buatan mereka sendiri yang dikenal dengan  nama jalur. Kebanggaan warga desa terhadap jalur ciptaan mereka itu  disimbolkan dalam nama-nama yang tertera di lambung perahu berbentuk  pipih panjang itu, seperti Keramat Sati Panggogar Alam, Tuah di Kampuang  Godang di Rantau atau Ratu Dewa.
Secara fisik, jalur-jalur tersebut memang tercipta sebagai hasil  karya manusia yang luar biasa karena dibuat dari sebatang pohon kayu  tanpa sambungan sama sekali, dan umumnya terbentuk menjadi perahu pipih  sepanjang 25-27 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter. Ukiran yang  memenuhi bagian lambung dan selembayung di buritan menampakkan keindahan yang tercipta melalui proses tradisi yang sudah berlangsung lama, yakni sejak abad ke-17.
Keindahan ukiran kayu itu merupakan bagian kecil dari perwujudan  sebuah jalur yang ternyata memiliki nilai-nilai tradisi tinggi, terutama  pada nilai kreativitas dan imajinasi warga desa yang menciptakannya.
"Tanpa kebersamaan dan kerja sama, tidak akan pernah ada sebuah jalur  pun di sini. Sampai dengan saat perlombaan pacu jalur pun, kerja sama  itu tetap diperlukan, karena bukan hal yang mudah untuk mengatur 40  hingga 60 pendayung dalam satu jalur itu," kata Kepala Dinas Kebudayaan,  Kesenian, dan Pariwisata Kuantan Singingi Darwin Yohanis.
DI awal abad ke-17, jalur merupakan alat transportasi utama warga  desa di Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang  terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti  di hilir. Saat itu memang belum berkembang transportasi darat.  Akibatnya jalur itu benar-benar digunakan sebagai alat angkut penting  bagi warga desa, terutama digunakan sebagai alat angkut hasil bumi,  seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40 orang.
Kemudian muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran  kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun  selembayung-nya, ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali,  selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi  berdiri). Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi  jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan  identitas sosial. Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan dan  datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu.
Mengikuti tradisi yang lampau, karena berangkat dari kemeriahan  antarkampung yang sangat sederhana, maka untuk para juara lomba tidak  ada hadiah yang diperebutkan yang ada adalah acara makan bersama warga  sekampung dengan menu makanan tradisional setempat, seperti konji,  godok, lopek, paniaran, lida kambiang, dan buah golek. Tetapi, di  beberapa kampung ada juga yang menyediakan hadiah berupa marewa (bendera  kain berwarna-warni berbentuk segi tiga dengan renda di bagian  tepinya), yang diberikan untuk juara satu hingga empat dengan perbedaan  pada ukuran kainnya.
Kesederhanaan hadiah itu tetap dipertahankan hingga penyelenggaraan  pacu jalur saat ini, hanya saja bentuknya yang berbeda, yakni hadiah  hewan ternak berupa sapi, kerbau,  atau kambing. Untuk perayaan Seabad Pacu Jalur Kuantan Singingi 23-26  Agustus tahun 2003, panitia menyediakan hadiah dua ekor kerbau ditambah  satu ekor sapi dan sedikit uang bagi juara pertama.
"Kami masih tetap mempertahankan sifat tradisional pacu jalur ini,  sehingga hadiah untuk juara pertama hingga ke delapan kami berikan  berupa hewan ternak. Hadiah utama diberikan kepada juara satu hingga  empat, sementara sisanya adalah juara harapan. Sengaja dihitung hingga  juara keempat, sebab sejak dulu memang seperti itu," kata Darwin  Yohanis.
Kegiatan pacu jalur merupakan kegiatan yang sangat disukai masyarakat  Kuantan Singingi dan warga daerah lainnya di Provinsi Riau. Bupati  Kuantan Singingi Asrul Jaafar menyebutnya sebagai sebuah pesta rakyat  yang pada pelaksanaannya memang digelar oleh warga di setiap kampung dan  dinikmati juga oleh rakyat dari seluruh kampung yang ada di kabupaten  itu.
"Tidak perlu promosi yang berlebihan untuk kegiatan ini, sebab dalam  setiap penyelenggaraannya, pacu jalur selalu ramai dihadiri warga, dan  itu cukup untuk membuktikan bahwa acara ini merupakan sebuah pesta  rakyat," kata Asrul.
Sifat pacu jalur yang benar-benar merakyat itu diakui oleh Belanda  ketika mereka mulai memasuki kawasan Rantau Kuantan, tepatnya di  kawasan yang sekarang menjadi Kota Teluk Kuantan, sekitar tahun 1905.  Mereka memanfaatkan acara pacu jalur itu untuk merayakan Hari Ulang  Tahun (HUT) Ratu Wilhelmina  yang jatuh pada setiap 31 Agustus, dan akibatnya tidak lagi dirayakan  pada hari-hari raya umat Islam. Penduduk Teluk Kuantan malah menganggap  setiap perayaan HUT Ratu Wilhelmina itu sebagai datangnya tahun baru.  Karena itu, hingga saat ini masih ada yang menyebut kegiatan pacu jalur  tersebut sebagai tambaru.
Meskipun sempat terhenti selama masa penjajahan Jepang, keramaian  pesta rakyat pacu jalur itu masih dapat dinikmati hingga saat ini.  Bahkan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi menetapkan tradisi tersebut  sebagai tradisi yang sudah berusia genap satu abad pada Agustus 2003.
"Meskipun sejak abad ke-17 sudah dikenal adanya jalur sebagai alat  transportasi vital di Rantau Kuantan ini, namun kegiatan pacu jalurnya  sendiri baru diakomodir dan mulai menyediakan hadiah bagi para  pemenangnya baru pada tahun 1903. Karena itu, kami menetapkan bahwa  tradisi itu sudah mencapai usia satu abad tepat pada Agustus tahun ini,"  kata Darwin Yohanis.
Tidak kurang Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika  sudah dua kali membuka acara pacu jalur tersebut dalam dua tahun  terakhir ini. Dia juga tidak menolak keinginan Pemerintah Kabupaten  Kuantan Singingi untuk mengagendakan kegiatan pacu jalur dalam Kalender  Wisata Nasional, bahkan dijual untuk pariwisata internasional.
"Yang jelas biarkan pacu jalur ini tetap dengan kemeriahannya sebagai  sebuah pesta rakyat, tidak perlu berlebihan, sehingga nilai-nilai  tradisinya yang tinggi masih tetap ada. Jika sudah demikian, kegiatan  ini akan selalu menarik untuk dimasukkan dalam agenda pariwisata  nasional, bahkan internasional sekalipun," kata I Gede Ardika.
Ada beberapa kerajinan yang dapat di jadikan buah tangan, seperti  pahatan, tekat, suji dan lainnya. Selain itu juga terdapat beberapa  upacara tradisional, seperti :
- Upacara pernikahan.
 - Upacara Belian atau Bulian.
 - Upacara sesajian.
 - Pengobatan tradisional.
 
Perahu Baganduang
Perahu Baganduang, Kuansing
Randai
Randai Kuantan adalah sandi antara dengan seni bela diri dengan  tarian yang diiringi musik tradisional. Biasanya pertunjukkan ini  berlangsung semalaman dan menceritakan tentang legenda daerah tersebut.                                               
Potensi Daerah
Agrikultur, Hasil Panen, dan Holtikultura
Sektor agrikultur masih memegang peranan penting sebagai sumber  pendapatan bagi masyarakat Kuantan Singingi. Lahan untuk padi seluas  10.237 ha pada tahun 2001, dengan hasil produksi 41.312,16 ton. Sebagai  tambahan, Kabupaten Kuantan Singingi juga memproduksi berbagai komoditas  seperti jeruk, rambutan, mangga, duku, durian, nangka, papaya, pisang,  cabai, terung, timun, kol dan tomat.
Perkebunan
Ada beberapa hasil penting yang ada di daerah Kuantan Singingi,  seperti karet, kelapa, minyak sawit, coklat, dan berbagai tanaman  lainnya.
Hewan Ternak
Beberapa hewan ternak yang dipelihara antara lain :
- Sapi: 17.368 ekor.
 - Kerbau: 17.132 ekor.
 - Ayam: 200.061 ekor.
 - Bebek: 27.442 ekor.
 
Kehutanan
Sumber potensial di sektor kehutanan, antara lain :
- Produksi hutan terbatas: 316.700 ha.
 - Hutan konversi: 450.00 ha.
 - Hutan lindung: 28.000 ha.
 - Hutan margasatwa: 136.000 ha.
 
Pertambangan
Kabupaten Kuantan Singingi memiliki potensial yang besar di sektor  pertambangan dan energi, yaitu: batu gamping, suntan, batu bara, gas  alam, pasir sungai, sirtu, emas, mangan dan kaolin.
Bidang Industri
Beberapa bidang industri yang memiliki potensi ekonomi yaitu :
- Industri minyak sawit.
 - Industri lempengan karet.
 - Industri perabotan.
 - Industri pengolahan makanan tradisional.
 - Industri rumah tangga.
 
Beberapa Bidang yang Potensial untuk Investasi
- Pembangkit listrik dengan kapasitas kecil.
 - Pengembangan kesuburan tanaman.
 - Pengolahan air bersih.
 - Pengembangan infrastruktur transportasi.
 






0 comments:
Posting Komentar