
PARADIGMA
Paradigma  yang salah mengakibatkan kita memiliki sebuah pola pikir yang salah.  Pola pikir (mindset) tentu saja berpengaruh pada bagaimana cara kita  bersikap dan mengambil sebuah keputusan.
Bukan hal yang baru lagi. Kita semua pun  tahu akan hal ini. Akan tetapi tentu pertanyaan pentingnya adalah  sudahkah kita mengerti apa saja yang mempengaruhi paradigma? Seberapa peduli  kita dalam mengatur arus informasi ke dalam otak kita? Apakah semuanya  kita lahap begitu saja, meski itu adalah racun. Ataukah kita cukup  selektif, meski saat ini susah sekali rasanya.
Ada 2 hal utama yang  mempengaruhi paradigma kita. Pertama adalah MEDIA (Berita, Film, Buku, Majalah, Social Media, Lagu). Kedua adalah LINGKUNGAN PERGAULAN KITA.
-M E D I A

Mau tidak mau setiap harinya kita selalu  bercengkrama dengan media. Lihat saja contoh-contoh yang saya tuliskan  di atas. Siapa coba yang tidak melihat berita, menonton film, membaca  buku / majalah, bermain social media, ataupun mendengarkan lagu? Salah  satu dari itu tentu sudah menjadi kebiasaan kita. Sudahkah kita  memilah-milah semuanya?
Seorang yang senantiasa berpikir dan  bersikap positif memiliki paradigma yang positif pula. Karena media  adalah salah satu faktor yang mempengaruhi paradigma, maka MENJADI SELEKTIF adalah WAJIB.
Terlalu banyak mendengar berita-berita kriminal hanya akan membuat kita HIDUP DALAM KETAKUTAN dan KECURIGAAN pada semua orang. Padahal jumlah orang baik jauh lebih banyak dari para kriminal. Kenapa jadi fokus sama yang lebih sedikit?
Begitu juga dengan film. Tanpa kita  sadari film-film yang kita tonton akan mempengaruhi cara berpikir kita.  Saya masih ingat betul ketika masih kecil, ibu selalu mengingatkan saya  untuk tidak terlalu sering menonton film. Kenapa? Karena di film  semuanya disediakan. Setiap ada masalah, selalu ada bantuan datang entah  bagaimana caranya. Akibatnya, kita jadi TERBIASA BERPIKIR INSTAN.
Begitu juga dengan buku atau majalah.  Buku-buku apa yang biasa Anda baca selama ini. Apakah hanya komik  belaka, ataukah novel yang cukup merangsang imajinasi. Atau lebih bagus  lagi BUKU-BUKU PENGEMBANGAN DIRI yang positif dan menjaga otak kita untuk senantiasa menyaring hal-hal yang negatif.

Mendengarkan Lagu
Lagu-lagu. Nah, ini juga. Kelihatannya  asik. Padahal justru bisa sangat berbahaya. Contoh gampang nih, orang  yang cenderung suka galau biasanya punya kebiasaan mendengarkan  lagu-lagu yang bertema cenderung galau. Sedih lah, patah hati lah, atau  apa gitu. Dan kalau Anda coba untuk jeli, mungkin Anda akan menemui  beberapa fenomena tertentu. Kehidupan para penyanyi tidak jauh-jauh dari  lagu-lagu yang biasa mereka nyanyikan dan ngehit. Tanya kenapa?
Itulah kenapa pasca pelatihan saya  akhirnya memutuskan untuk menghapus semua lagu-lagu yang bernada mellow  galau ngga jelas kecuali musik-musik instrumen. Saya menggantinya dengan  lagu-lagu yang bersemangat dan itu cukup berpengaruh! Jadi lebih  semangat, Bro!
-LINGKUNGAN PERGAULAN
Bergaul dengan tukang parfum, kita  ikutan terkena wanginya. Bergaul dengan penjual terasi, pun akhirnya  kita ikut bau terasi. Seperti itulah efek lingkungan pergaulan. Dengan  siapa Anda bergaul maka seperti itulah Anda akan nantinya di masa  mendatang.
Banyak bergaul dengan orang-orang yang  pesimis, berpikir negatif, paranoid, cuma akan membuat Anda ikutan  menjadi orang-orang yang seperti itu. Mau? Padahal katanya kalau kita  mau berhasil kita mesti semangat, optimis, keep positive thinking, dll.
Dalam pelatihan, para peserta dijejali doktrin untuk selalu memperluas social circle  seluas-luasnya. Kapanpun ada waktu, selalu menambah teman-teman baru.  Makin banyak teman makin bagus. Bahkan kalau bisa setiap weekend, selalu  ada teman baru di dalam list social circle kita. Prakteknya, diterjunin  ke lapangan untuk kenalan dengan banyak orang-orang baru. Tentu dengan  berbekal social skill yang sudah diberikan.

Bergaul
Mari membiasakan diri untuk menambah  teman-teman baru. Bukan sekedar temen dunia maya, melainkan teman dalam  kehidupan yang nyata. Why? Karena sehebat apapun Anda berkawan di dunia  maya, kalau ngga pernah bergaul di dunia nyata social skill Anda ngga  akan pernah berkembang. Pada akhirnya ketika harus berkomunikasi  intensif dengan seseorang, mungkin itu bernegosiasi, yang ada Anda malah  minder.
Ayo, jangan diem di rumah aja. Keluar  dari comfort zone Anda dan tambah teman-teman baru di dunia nyata. Nanti  dari sekian banyak teman kita bisa pilih mana yang sekiranya membawa  efek positif dan mengintensifkan persahabatan disana agar Anda menjadi  pribadi berkualitas yang positif pula.





1 comments:
yups sukses itu dgn siapa ia bergaul dan buku apa yang sudah di bacanya??? good good, paradigma i kerja-aset-go freedom gan
Posting Komentar