Sejumlah warga Desa Ringinpitu, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, diidentifikasi sebagai penganut aliran keyakinan bernama Baha’i.
Sekte Baha’i yang diduga kuat berasal dari Israel  tidak hanya memiliki kitab suci sendiri, yang dinamakan Akhdas. Mereka  juga memiliki dogma-dogma lain seperti, shalat menghadap ke arah Gunung Caramel.
Sekretaris MUI Kabupaten Tulungagung, Abu Sofyan Firojuddin  menyatakan perbedaan sekte Baha’i dengan agama Islam juga terlihat pada  aturan shalat. Umat Baha’i hanya bersalat sekali dalam sehari. Kemudian  puasa di bulan Ramadan hanya 17 hari, dan arah kiblat dalam salat bukan di Ka’bah, melainkan di Gunung Caramel.
“Sampai saat ini kita masih melakukan kajian mendalam. Kita tidak  bisa membubarkan seenaknya. Warga juga menuding mereka (Baha’i) telah  kumpul kebo, karena telah menerbitkan surat nikah sendiri,” papar Abu  Sofyan di Jawa Timur.
Informasi yang dihimpun, masuknya ajaran Baha’i ke wilayah Kabupaten  Tulungagung berlangsung cukup lama. Ajaran yang agak nyleneh ini awalnya  dibawa Slamet Riadi dan Sulur.
Saat ini keberadaanya telah berkembang pesat. Sedikitnya ada 13 tokoh Baha’i dengan jumlah pengikut sekitar 157 orang. Salah seorang tokoh ajaran Bahai Slamet Riyadi ketika ditemui menolak berkomentar. Ia juga menolak untuk difoto.
(sumber : okezone)





0 comments:
Posting Komentar