DIRGAHAYU KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESI KE 71 TH. JAYA SELALU !!!

Jumat, 14 Januari 2011

Esek-esek & On Sampai Pagi di Danau Buatan, Menelusuri Dunia malam Pekanbaru

Jumat, 14 Januari 2011
Jika malam datang dan di tempat-tempat tertentu, sungguh Kota Pekanbaru yang disebut sebagai Kota Bertuah dan Beradat Berbudaya, sangat jauh dari kenyataan. Keliaran duniawi, mulai dari mabuk alkohol, ‘On’ karena minum ‘inex’ sampai remaja yang terbuai dosa, sangat mudah dijumpai. Dari pusat kota hingga ke pelosok, selalu ada tempat untuk berbuat dosa.Danau Buatan. Selintas jika mendengar ini kita akan membayangkan sebuah tempat rekreasi keluarga, dengan aroma alami, air, hutan dan tanah yang murni. Kita bayangkan anak-anak kita naik kapal menyusuri danau, bergembira ria. Atau kita bayangkan makan bersama keluarga di bawah pokok kayu yang rindang, alangkah indahnya. Tidak akan ada dalam pikiran kita, di sini, jika malam datang, kenikmatan duniawi ternyata dicari laki-laki dan perempuan, tentu bukan dengan keluarga sendiri.
Memasuki kawasan Danau Buatan, seorang bule terkejut. Dia bilang WC-nya kok banyak dan rapat sekali. Dan selintas, memang seperti WC yang berderet-deret. Terbuat dari kayu, berukuran 2 kali 2 meter, berdinding dan terlihat kokoh. Tapi ketika didekati, jadi heran juga, kok WC ada kursinya? Karena di dalam memang ada kursi plastik, dua buah. Ruang terlihat gelap dan pengap, berdiri di atas air dan memang seperti WC di tepi sungai.

Masya Allah, ternyata ini bukan WC, tapi tempat khusus yang disediakan buat mereka yang ingin berpasangan dan esek-esek, terutama untuk para remaja. Bisa siang, sore atau malam hari, lokasi ini bisa dijadikan para remaja pemuas nafsu birahi ala mereka. Sementara kedai minuman dan yang punya bangunan, terletak di seberang jalan lokasi ini. Begitu masuk ke WC aneh ini, tentu dua anak manusia ini tubuhnya akan hilang dari pandangan mata manusia banyak.
Melanjutkan perjalanan, pada pukul 22.00 Wib malam, menuju tepi danau tempat kafe-kafe karaoke berada. Turun dan masuk, duduk dan semilir angin danau menerpa tubuh. Tapi aroma alkohol bikin kepala sakit. Pada jam ini, belum semua meja terisi, baru dua atau tiga pasang anak manusia. Minum akohol sambil karaoke. Masih biasa-biasa saja dan pelayan dengan baju seksi menemani. Dibanding Pub atau Diskotik, harga bir juga termasuk murah, hanya Rp30 ribu satu botol. Sementara jika Pub harga bir antara Rp80 ribu sampai Rp130 ribu.
“Jam segini belum ramai Mbak, nanti mulai jam 23.00 Wib baru ramai,” kata sipelayan.
Benar saja, makin malam dan makin dingin udara, makin banyak orang yang mengalir ke sana, laki-laki dan wanita, kebanyakan bukan pasangan suami istri. Karena terlihat dari perbedaan usia mereka. Laki-lakinya terlihat sudah separo baya atau gendut atau rambutnya mulai botak, si wanitanya masih segar bugar, anak gadis usia 18 sampai 25 tahunan. Minum, nyanyi, berpelukan dan berciuman, di antara semilir angin danau dan di hadapan banyak pasanga mata. Tapi siapa peduli, karena mereka yang datang ke sini juga dengan tujuan yang sama.
Makin malam aroma alkohol makin kencang. Tapi ada yang lain, karena terlihat ada yang datang jika ada yang menelpon. Terlihat pasangan ini menelan obat dan tunggu setengah jam kemudian, mereka akan goyang seperti tak ada kerjaan lain di dunia ini. Ternyata yang mereka telan tadi inex, dengan beragam nama dan warna, tergantung harga seperti itu pula khasiatnya. Jika dalam satu atau dua jam pengaruh inex hilang, mereka akan menelannya lagi dan goyang alias on lagi. Kata mereka, inilah sorga dunia.
Capek melihat pasangan-pasangan terbuai kegilaan ketika angka di jam tangan sudah menunjukan pukul empat pagi, maka niat di hati meninggalkan lokasi. Hanya saja, baru mobil merangkak turun ke bawah, dalam hitungan menit, terlihat ada empat mobil memasuki area danau buatan. Tapi bukan menuju kafe tadi, melainkan sebuah tempat terbuka dengan bangunan seperti gazebo, di atasnya. Maka mobil pun segera diputar mengikuti mobil tadi lalu ikut turun dan menyaksikan mereka.
Ternyata mereka dari sebuah pub di jalan Sudirman, di lantai 7 sebuah plaza dan mereka melanjutkan ‘On’ di Danau Buatan, karena pada pukul sekian pub, tepatnya diskotik tersebut, sudah tutup. Maka pada pukul empat pagi musik hingar bingar mewarnai malam dan siluet-siluet manusia bergoyang, ada yang sendirian, ada yang berpelukan atau ada yang berpasangan tapi berjauhan, berjingkrak kayak orang gila. Pada pukul lima pagi baru mereka berhenti dan kembali turun ke pusat kota Pekanbaru. (Bersambung)

1 comments:

Eva Susanti mengatakan...

emank gan liat sediri y tu.....

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...