DIRGAHAYU KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESI KE 71 TH. JAYA SELALU !!!

Sabtu, 15 Januari 2011

Prostitusi Terselubung yang Terbuka (Yogyakarta)

Sabtu, 15 Januari 2011
Sebuah ironi, gaya hidup, atau memang tuntutan ekonomi yang kian hari kian terasa berat dan menyesakkan. Sebuah bisnis yang tak mengenal kata rugi, yang tak akan pernah hilang walaupun dengan fatwa-fatwa dari lembaga keagamaan atau cibiran yang tidak menyenangkan dan hukuman moral dari masyarakat yang bersih ataupun yang pura-pura bersih.
Yogyakarta, sebuah provinsi yang sering dikenal sebagai kota budaya, kota pelajar, Indonesia mini dan sebagainya. Banyak hal dari Kota Jogja yang sangat menarik untuk ditelusuri, dibahas, diperdebatkan dan tentunya, dinikmati. Banyak yang berkata bahwa, sebuah kota metropolitan mempunyai berbagai macam sisi yang kelam, tetapi setau saya, Jogja bukan merupakan sebuah kota metropolitan. Setidaknya itu yang telah diketahui masyarakat banyak melalui media televisi dan sebagainya.

Namun, jika ditilik lebih lanjut, ditelusuri dan dinikmati, Jogja juga mempunyai kehidupan yang hitam, yang kelam yang kejam. Berbicara tentang kenikmatan duniawi yang katanya haram, Kota Jogja memiliki banyak tempat yang dapat mewujudkan keinginan-keinginan nakal seperti itu. Bagi mahasiswa-mahasiswa yang kebetulan terlahir sebagai anak dari orang tua yang seperti tak pernah keabisan uang, tempat-tempat hiburan malam menjadi tempat untuk melampiaskan segala macam penat. Atau mungkin hanya untuk mencari gengsi yang semakin dibutuhkan dewasa ini. Lalu apa yang dicari?
Menurut pengalaman saya, mabok dan joged bukan merupakan tujuan utama, namun yang menjadi tujuan yang sebenarnya adalah sex! yup!! Dengan bermodal jutaan rupiah, dan ketika berada di dalam cafe, dengan memesan minuman luar negeri, atau ungkapan gaulnya yaitu open bot, maka niscaya cewek-cewek manis nan sexy bakal muncul dan merapat menuju table kita. Tak perduli bagaimanapun tampang dari si pemesan.
Maaf, tapi memang kenyataannya, rata-rata cewek-cewek yang kebetulan mengecam pendidikan di Jogja mencari tipe cowok-cowok gaul yang berduit. Tidak semua, tapi jika ingin diprosentasekan, mungkin jumlahnya mencapai 80 %. Perawan? Anda bisa menebaknya sendiri.
Tetapi bukan hal itu yang akan kita tekankan sekarang, melainkan bisnis esek-esek yang semakin menjamur di Kota Jogja. Sarkem, siapa yang tidak mengenal kompleks PSK terbesar dan yang paling terkenal di Kota Jogja. Entah legal atau ilegal, namun tempat ini telah bertahuin-tahun menjadi icon Kota Jogja selain Malioboro dan Tugu. Lokasi yang strategis yaitu dekat dengan stasiun Tugu dan Malioboro membuat tempat ini semakin ramai dikunjungi, terutama oleh mahasiswa-ahasiswa yang ingin melepaskan hasrat, atau suami-suami yang mungkin kurang terpuaskan oleh istrinya.
Sarkem tidak lain adalah merupakan singkatan dari sebuah nama jalan. Jalan pasar kembang. Entah mengapa namanya seperti itu, setau saya, tidak ada satupun penjual kembang yang mangkal di sana. Kalau anda ingin mencari kembang berbagai jenis, carilah di Kota Baru. Tidak jauh memang. Harga yang ditawarkan dari pegawai (saya meyebut pegawai agar kelihatan lebih halus) Sarkem sangat bervariasi. Mulai dari 50 ribu hinggga 120 ribu. Mulai dari yang baru lulus SMA sampai yang maaf, sudah hampir bau tanah.
Para pegawai ini biasanya nongkrong di dalam sebuah gang berlambangkan kupu-kupu. Dengan menyewa kamar-kamar yang memang sengaja di sewakan oleh pemilik rumah-rumah yang ada di dalam gang tersebut. Selain sarkem yang sangat terkenal, Kota Jogja juga masih banyak memiliki tempat-tempat prostitusi yang terselubung.
Kali ini saya akan coba membahas tentang prostitusi yang berkedok salon kecantikan. Ada puluhan salon yang tersebar di daerah Jogja, Mulai dari sepanjang ringroad Utara Jogja (daerah Maguwoharjo) dari arah bandara menuju ke barat, Jalan kaliurang, Salon depan UPN Condong Catur, Jalan Monjali, Tentara Pelajar, Jalan Kabupaten, Wonosari, Jalan Solo dan mungkin masih banyak lagi yang belum tersentuh.
Mereka menggunakan salon sebagai kedok menawarkan pelayanan sex yang menggiurkan. Salon-salon seperti ini sangat mudah untuk diketahui, biasanya mereka memajang spanduk bertuliskan, perawatan tubuh dan kecantikan.
Ketika masuk, kita hanya perlu bilang ingin massage. Memang, di dalam bilik-bilik yang telah disediakan di dalam salon, kita akan di berikan pijatan-pijatan yang tidak biasa. “Mau pijit biasa atau yang plus-plus Mas?”. Biasanya mereka akan bertanya seperti itu. Kita tinggal memilih saja. “Kalau karaoke 70 ribu-100 ribu Mas. Kalu maen 150 ribu-200 ribu sekali maen.”
Sekali lagi, semua tergantung pilihan kita sendiri. Kalau sarkem biasa memulai aktivitasnya sejak matahari terbenam, salon biasanya memulai aktivitas dari pagi hingga petang. Ada lagi yang menawarkan diri melalui iklan baris di koran. Coba saja Anda baca koran lokal kolom iklan. Coba Anda cari iklan-iklan pengobatan. “Anda ingin rilex, capek2, pegel2?segera hubungi winda 085227756***, dijamin anda akan puas dan tidak menyesal, bisa ditempat/dipanggil.” Seperti itulah kiranya iklan yang terpampang di koran.
Jika melihat seperti ini, siapakah yang hendak kita salahkan? Atau apakah ini memang salah? Apa tidak ada pekerjaan yang lainnya? Atau memang tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh mereka? Tingkat pendidikan yang rendah, trauma masa lalu, gaya hidup atau tuntutan ekonomi?Haram? Halal? Sangat tipis perbedaan di antara semua itu.


1 comments:

Unknown mengatakan...

ups,,,, aq baru tau

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...