Lukman,   seorang lelaki warga Kelurahan Sibatua, Kecamatan Pangkajene,     Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, terbaring lemah di kamar isolasi     Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep. Bapak tujuh anak yang     sehari-harinya bekerja sebagai petani ini sudah 46 tahun membawa serta     kembar siamnya yang sudah meninggal pada bagian perutnya.
Hal  tersebut baru diketahui ketika terjadi infeksi pada jaringan    perutnya.  “Saya memang terlahir sebagai kembar siam. Tapi kembaran saya     meninggal sejak kecil. Hanya saya dan sedikit keluarga yang tahun,”   kata   Lukman kepada Kompas.com. Lukman terlahir dengan membawa kembar  siam  yang tak sempurna, yang berdempetan dengan perutnya.
Ia tak pernah ketahuan karena lelaki ini memang tidak pernah     memeriksakan kelainannya itu ke medis atau ke rumah sakit. Dugaan     sementara, terjadi pembengkakan pada bagian perut akibat kanker dari     persinggungan jaringan antara tubuhnya dengan tubuh saudara kembarnya     tersebut. Direktur RSUD Pangkep Frans Demmanaba mengungkapkan, jaringan     sel-sel kembar siam Lukman telah mati atau sudah lama tidak  berfungsi.    Dari pembusukan kembar siam Lukman yang tidak sempurnah  itulah  kemudian   tumbuh menjadi kanker. Frans mengatakan, pihaknya  sejauh ini  sebatas   melakukan perawatan luka Lukman pada bagian  perutnya.
Pihak  rumah sakit tidak bisa melakukan tindakan lebih karena    keterbatasan  alat medis. “Secara prosedural, pasien harus kami rujuk ke    Makassar  yang memiliki alat medis yang lebih lengkap. Tapi pasien  dan   keluarga  belum bersedia dirujuk ke Makassar,” ungkapnya.
Kembar siam  yang telah meninggal dan terus melengket pada bagian  perut   Lukman  mengakibatkan terganggunya jaringan lain yang  berhubungan,   khususnya di  bagian perut, yang dikhawatirkan bisa  menjadi metastase   atau  penyebaran kanker dari jaringan yang rusak ke  jaringan yang  normal.   “Jaringan yang mati berjalan terus ke jaringan  yang normal  karena tidak   dilakukan pemisahan.
Jika tidak dilakukan pemisahan segera,  implikasi terburuknya bisa    menyebabkan kematian karena kanker yang  terus menjalar. Penanganannya    harus kompleks,” katanya lagi. Sementara  Mantasia, istri Lukman,   mengaku  baru mengetahui kalau benjolan di  bagian perut suaminya   tersebut adalah  kembar siam sang suami yang telah  meninggal.
Sebulan lalu, kata Mantasia, suaminya mengaku  kerap merasa kesakitan    pada bagian perut, namun selalu menolak seiap  kali diajak berobat.   “Kami  bukan menolak dirujuk ke Makassar untuk  operasi meskipun gratis.  Tapi  untuk biaya hidup di Makassar selama bapak menjalani perawatan,  kami  kesulitan,” katanya.






0 comments:
Posting Komentar