Kemeriahan menyambut hari raya, terutama Idul Fitri,
menjadi tradisi yang diwariskan secara turunmenurun dari generasi ke
generasi. Tak hanya di Tanah Air, kebiasaan itu juga berlangsung di
mancanegara. Di Indonesia, ada banyak ragam penyambutan hari yang oleh
orang Jawa disebut “Ngidul Fitri” ini dan bagi masyarakat Sunda terkenal
dengan “Boboran Syiam”.
Tradisi ini, selain bernilai syiar, akhirnya juga dijadikan komoditas
perlombaaan yang mendorong kreativitas warga. Di Kota Mataram, semarak
malam takbiran menyambut Idul Fitri dimeriahkan dengan Pawai Takbiran.
Para peserta pawai ini terdiri atas kafilah-kafilah. Setiap kafilah atau
regu tersebut beranggotakan minimal 100 orang. Jumlah maksimalnya tidak
dibatasi. Biasanya, dengan inovasi tiaptiap regu, mereka membawa
bendera, lampion, miniatur masjid, beduk raksasa, dan perlengkapan
lainnya.
Cara unik sambut Idul Fitri juga dilakukan oleh sebagian warga
Sukabumi, Jawa Barat. Mereka mempunyai tradisi “Perang Bedil Lodong”.
Tradisi yang dikenal dengan sebutan meriam bambu ini berlangsung
sepanjang Ramadhan. Mereka mengisi waktu menunggu berbuka dan sahur
dengan saling berperang meriam. Puncaknya ialah malam takbiran. Hampir
tiap rumah menyiapkan meriamnya masing-masing. Dan, suara meriam pun
saling bersautan, mengiringi gema takbir.
Gempita menyambut Hari Raya Idul Fitri terlihat pula di sejumlah
kawasan Asia Tenggara. Misalnya, di Malaysia, Singapura, dan Brunei. Di
beberapa wilayah perkampungan, sekelompok masyarakat menyalakan pelita
atau panjut. Kedua istilah tersebut, di Tanah Air lebih akrab disebut
obor. Pemandangan sedikit berbeda terjadi di Filipina. Minoritas Muslim
di negara tersebut kurang akrab dengan segudang tradisi itu, tetapi
mereka mendapat hak merayakannya. Hari Idul Fitri juga diatur sebagai
hari libur nasional. Ini tertuang dalam Republic Act No 9177.
Di Asia Selatan, seperti Bangladesh, India, dan Pakistan, dikenal
istilah “Chand Raat”. Tradisi ini disebut juga malam bulan. Warga Muslim
di negara-negara itu berbondongbondong mengunjungi pusat perbelanjaan.
Bagi perempuan belia, mereka menghiasi tangan mereka dengan hena,
lukisan tangan berbahan tradisional. Kebiasaan berkunjung ke sanak
famili dan berbagi uang juga dikenal di daerah-daerah ini. Sejumlah
event juga digelar khusus menyambut Idul Fitri, mulai dari pesta hingga
bazar murah.
Kemeriahan menyambut Idul Fitri juga bisa dilihat di Xinjiang, Cina.
Masyarakat Muslim di kawasan itu, menyambut hari raya dengan mengenakan
pakaian khas. Bagi pria, mereka memakai jas khas dengan peci putih.
Sedangkan, di pihak perempuan, mereka menggunakan baju hangat dan
kerudung setengah tutup. Saling bersilaturahim dan menghadiri pesta juga
dilakukan warga Muslim Xinjiang.
Keunikan juga terlihat di Turki. Masyarakat Muslim negara kelahiran
tokoh sufi ternama Jalaluddin Rumi itu mengenal Bayram, istilah lain
untuk Idul Fitri. Pakaian tradisional masyarakat negara ini banyak
dipakai saat Lebaran. Mereka sengaja memilih yang terbaik. Busana ini
dikenal dengan Bayramlik. Tradisi saling mengunjungi antarsaudara dan
handai tolan termasuk tradisi yang digemari Muslim yang pernah dipimpin
oleh Mustafa Kemal At Taturk ini.
0 comments:
Posting Komentar